Jumat, 29 Oktober 2010

fisika inti

Bab 8
Fisika Inti dan Radioaktivitas
8.1   Pendahuluan
Sejauh  ini  inti  atom  dapat  dianggap    sebagai  partikel  yang  memiliki  massa  dan  bermuatan  positif.
Sifat utama dari atom, molekul dan zat padat semuanya dapat dilihat dari perilaku elektron atomnya.
Struktur  elektron  suatu  atom  sudah  dipahami    sebelum  komposisi  inti  atom  diketahui,  karena  gaya
yang mengikat inti bersama jauh lebih kuat daripada gaya listrik yang mengikat elektron sehingga inti
atom lebih sulit dipahami untuk mengetahui apa yang ada didalamnya.
Perubahan struktur  elektron suatu atom yang  terjadi ketika ikatan kimiawi pecah menyangkut energi
yang  besarnya  beberapa  elektron  volt  (eV)  tetapi  perubahan  struktur  inti  menyangkut  energi  yang
besarnya MeV, sejuta kali lebih besar.
Satuan massa atom
(sma = u)
Massa suatu atom mengacu pada suatu atom netral, bukan pada intinya saja. Jadi yang termasuk dalam
massa suatu atom adalah massa inti, massa elektron orbital, dan energi ikatnya.
1 sma adalah massa
atom karbon karbon 12
1
12
1 sma = 1 u = 1,6604 x 10
kg
931,48 MeV     (E = m c
)
–27
2
Isotop
Atom – atom yang memiliki nomor atom (Z) yang sama
1
2
3
H
H
H
Contoh :
1
1
1
Isoton
Atom – atom yang memiliki jumlah massa yang sama
14
13
N
C
Contoh :
7
6
Isobar
Atom – atom yang memiliki nomor massa yang sama
N
C
14
14
Contoh ;
7
6
Muatan dan Massa penyusun atom
Atom bersifat  netral.  Elektron  bergerak  mengelilingi inti atom  dengan  kecepatan  tertentu.  Inti  atom
nukleon
terdiri dari proton dan neutron yang dikenal dengan nama
(unsur penyusun inti).
Elektron  ditemukan oleh   J.J Thomson   sedangkan muatannya oleh   R.A  Milikan.  Proton  ditemukan
oleh  Goldstein  dan neutron ditemukan oleh  James Chadwick  (teman Rutherford) yang meraih Nobel
tahun 1935.
Nama    simbol    Massa (kg)  Massa (sma)    Muatan (C)
Elektron  -e    9,11 x 10
– 1,6 x 10
–  31
–  19
Proton     p    1,6725 x 10
1.0073      + 1,6 x 10
–  27
–  19
Neutron    n    1,6748 x 1 0
1.0087               0
–  27
simbol unsur/nuklida
X
A
Z
X = nama unsur
A = nomor massa = jumlah proton dan neutron
Z = nomor atom = jumlah proton



8.1.1   Kestabilan Inti
Tidak  setiap  gabungan  neutron  dan  proton
Jumlah neutron
membentuk  inti  yang  stabil.  Pada  umumnya  inti
Inti tak stabil
ringan     (A < 20) mengandung jumlah neutron dan
Inti stabil
50
proton  yang  hampir  sama,  sedangkan  inti  berat
40
proporsi neutron bertambah besar.
Jumlah  neutron  cenderung  lebih  banyak
30
dibandingkan  dengan  jumlah  proton,  ini  karena
20
gaya  tolak  antar  proton  akan  menjadi  besar  untuk
10
inti  yang  mengandung  10  proton  atau  lebih
dibandingkan  dengan  gaya  tarik  (gaya  inti)  antar
Jumlah proton
10  20
30
40
50
nukleon untuk mencapai kestabilan inti.
11
11
B
C
lebih stabil dibandingkan dengan
5
6
Titik – titik yang menggambarkan isotop stabil menentukan suatu daerah kestabilan yang agak sempit.
1
N
Untuk  bilangan –  bilangan  massa  yang  rendah didapatkan
.  Perbandingan  ini  akan  bertambah
Z
besar  dan  akan  kira  –  kira  mencapai  1,6  untuk  bilangan  massa  yang  besar.  Kestabilan  inti  dapat
dipahami berdasarkan sifat alam gaya tarik nuklir dan gaya tolak Coulomb. Sebuah inti dengan terlalu
banyak  neutron  akan menjadi tidak  stabil  sebab tidak  cukup bagi mereka  untuk dipasangkan dengan
proton –  proton. Sebaliknya inti dengan terlalu banyak proton  akan menghasilkan terlalu banyak gaya
tolak  dibandingkan dengan gaya tarik nuklir untuk menjadi stabil. Tidak ada inti dengan nomor massa
yang lebih besar dari 209 yang stabil.
Gaya  inti    (nuklir)  memiliki  jangkauan  yang  terbatas  dan  terjadi  hanya  antar  nukleon  tetangganya.
Gaya  tolak  Coulomb  dari  proton  menjangkau  seluruh  proton  dalam  inti,  maka  terdapat  batas
kemampuan  neutron  untuk  mencegah  terpecahnya  inti  atom.  Batas  ini  dinyatakan  dengan  isotop
209
Bi
Bismuth
. Semua inti atom dengan Z > 83 dan A > 20 9 bertransformasi spontan menjadi inti lebih
83
4
He
ringan melalui pemancaran sebuah atau lebih partikel alfa yang merupakan inti
.
2
Peluruhan alfa
Peluruhan  alfa  terjadi  karena  di  dalam  inti  terlalu  banyak  nukleon,  sehingga
untuk membentuk kestabilan inti atom, dua proton dan dua neutron dilepaskan
dari inti induk dan sinar alfa yang sama dengan inti Helium dipancarkan keluar.
Peluruhan alfa
X
Y
He
A
A
2
4
+
Z
Z
2
2
Karena partikel alfa  terdiri dua  proton  dan  dua  neutron  peluruhan  alfa mereduksi  Z  dan  N  dari  inti
induk.  Jika  inti  anak  yang  dihasilkan  memiliki  rasio  neutron/proton  yang  terlalu  besar  atau  terlalu
kecil, inti itu dapat meluruh lagi ke konfigurasi yang lebih memadai.
Peluruhan beta
Untuk mencapai kestabilan inti karena kandungan neutron terlalu banyak maka
sebuah  neutron  berubah  menjadi  proton  disertai  pelepasan  sinar  yang
bermuatan  negatif  yang  dikenal  dengan  sinar  beta.  Dalam  peluruhan  beta
negatif,  neutron  bertransformasi  menjadi  proton  dan  elektron.  Elektron  yang
meninggalkan inti teramati sebagai partikel beta.
1
1
0
Peluruhan beta
n
p
e
+
0
1
1



Peluruhan gamma
Setelah inti meluruh menjadi inti baru biasanya terdapat energi kelebihan pada
tereksitasi
ikatan  intinya  sehingga  seringkali  disebut  inti  dalam  keadaan
.  Inti
yang  kelebihan  energinya  ini  biasanya  akan  melepaskan  energinya  dalam
bentuk  sinar  gamma  yang  dikenal  dengan  peluruhan  gamma,  sinarnya  ini
adalah  foton  dan  termasuk  ke  dalam  gelombang  elektromagnetik  yang
mempunyai energi yang sangat besar melebihi sinar X.
Peluruhan gamma
+
A
*
A
0
X
X
Z
Z
0
Selain  peluruhan  di  atas  sebagai  cara  suatu  inti  atom  membentuk  kestabilan  dikenal  juga
peristiwa sebagai berikut :
Dalam  pemancaran  positron  proton  bertransformasi  menjadi  neutron  dan  positron  (positif
elektron)
Pemancaran positron
p
n
e
1
1
0
+
1
0
1
Suatu  proses  yang  berlawanan  dengan  pemancaran  positron  adalah  penangkapan  elektron
kulit  terdalam  oleh  inti  atom.  Elektron  yang  diserap  oleh  proton  bertransformasi  menjadi
neutron.
1
0
1
Penangkapan elektron
p
e
n
+
1
1
0
8.1.2  Ukuran dan bentuk inti atom
Dari  eksperimen  Rutherford  didapatkan  bahwa  inti  atom  mempunyai  ukuran  berhingga.    Dengan
eksperimen  untuk  menentukan  inti atom  ternyata  didapatkan  bahwa  volume sebuah  inti berbanding
lurus dengan banyaknya nukleon yang dikandungnya.
V
R
A
3
4
3
1
R
R
A
R
Jari –  jari inti
1,2 x 1 0
m = 1,2 fm = 1,2 fermi
– 15
3
o
o
1
R
1
,
2
A
fermi
3
8.1.3
Energi ikat dan Gaya inti
Energi  ikat  sebuah  inti adalah energi yang diperlukan untuk memecahkan sebuah inti menjadi proton
dan neutron.
A
X
unsur
Z
2
Energi ikat =
zm
A
z
m
m
c
p
n
= massa defect  x  931 MeV
energi ikat inti dibagi dengan jumlah nukelonnya
Energi ikat per nukleon adalah
. Semakin besar energi
56
Fe
ikat pernukleonnya  maka inti akan  semakin stabil. Inti
yaitu isotop besi mempunyai energi ikat
26
pernukleon sebesar 8,8 MeV/nukleon adalah inti yang paling stabil.
fissi  nuklir
Pembelahan  inti  berat  yang  disebut
melibatkan  ratusan  juta  kali  energi  per  atom  lebih
besar dibandingkan pembakaran batu bara atau minyak.
fusi  nuklir
Penggabungan  dua  buah  inti  ringan  yang  menghasilkan  inti  sedang
juga  menimbulkan
energi ikat pernukleon dalam inti berkurang juga sangat efektif untuk memperoleh energi. Reaksi fusi
merupakan sumber energi utama dari matahari dan bintang.
Gaya inti adalah gaya terkuat  yang dikenal dan berjangkauan pendek yang mengikat nukleon  sampai
berjarak 3 fm. Gaya inti ini 10 0 kali lebih kuat daripada gaya tolak listrik antar proton. Interaksi antara
proton –  proton, proton –  neutron, neutron – neutron adalah identik.



Teori Meson Gaya Nuklir
Dalam ikatan kimia terlihat bahwa sebuah molekul saling mengikat dengan pertukaran elektron antara
atom  komponennya.  Apakah  mungkin  mekanisme  yang  serupa  bekerja  dalam  inti  dengan  nukleon
komponen saling mengikat dengan pertukaran sejenis partikel antara nukleon itu ?
Pendekatan pertama dilakukan oleh Heisenberg yang mengusulkan bahwa elektron dan positron bolak
balik  antar  nukleon.  Sebuah  netron  memancarkan  elektron  dan  menjadi  proton  dan  proton  dapat
menyerap  elektron  dan  menjadi  neutron.  Pendekatan  ini  tidak  tepat  karena  ternyata  gaya  yang
dihasilkan dalam pertukaran elektron dan positron terlalu kecil untuk berperan dalam struktur nuklir.
Hideki Yukawa
Pendekatan
(1935)  menyatakan bahwa terdapat partikel pion (
,
,
) dengan besar
+
o
massa antara elektron dan nukleon yang bertanggung jawan atas adanya gaya nuklir. Partikel ini adalah
meson
anggota  kelas  patikel  elementer  yang  secara  kolektif  disebut
.  Pion  adalah  singkatan  dari
meson.
8.2
Radioaktivitas
Penemuan Radioaktivitas
Tahun  1895  Roentgen  mendeteksi  sinar  X  dengan  fluoresensi  yang  ditimbulkannya  dalam  bahan
tertentu.  Ketika  Henry  Becquerel  (ahli  fluoresensi  dan  fosforesensi)  mempelajari  hal  kebalikannya
(1896)  secara  tidak  sengaja  menemukan  bahwa  garam  uranium  dapat  menghitamkan  pelat  foto
walaupun  tidak  diberi  sinar  terlebih  dahulu.  Jadi  bahan  itu  memancarkan  sinar  dengan  sendirinya.
Beberapa  waktu  kemudian  Marie  Curie  dari  Polandia  menemukan  unsur  lain  yang  juga  bahan
radioaktif yakni Polonium dan Radium yang ternyata 1000 x lebih aktif dari uranium.
Rutherford  membedakan  tiga  komponen  dalam  radiasi
x  x  x  x  x
partikel  alfa
partikel  beta
sinar
radionuklide  yaitu
,
dan
gamma
seperti pada gambar.
x  x  x  x  x
B
radium
x  x  x
Aktifitas radioaktif
Laju perubahan inti atom pembentuknya.
dN
A
N
kejadian/s = Becqurel
dt
1 becquerel = 1 Bq = kejadian/s
1 curie = 1 ci = 3,7 x 10
Bq
10
1 curie hampir sama dengan aktivitas 1 gram Radium (ditemukan Marie curie)
Contoh peluruhan radioaktif
238
234
238
234
U
Th
atau
U
Th
234
234
234
234
Th
Pa
Th
Pa
atau
Dari  hasil  pengukuran  aktivitas  radioaktif  menunjukkan  bahwa  aktivitas  radioaktif  menurun  secara
eksponensial terhadap waktu
A
A
e
t
o
= konstanta peluruhan (peluang terjadinya peluruhan)



dN
N
dt
dN
dt
N
N
t
dN
o
dt
N
N
0
ln
N
ln
N
t
o
N
ln
t
N
o
N
N
e
t
o
A = aktivitas radioaktif  (Bq)
N = jumlah inti sisa yang belum meluruh (inti)
N
= jumlah inti mula –  mula (inti)
o
Waktu Paruh = T = T½
Waktu  yang  dibutuhkan  suatu  bahan  radioaktif  sehingga  aktifitas  atau  jumlah  inti/partikel  menjadi
setengah dari semula.
t
A
A
e
o
T
1
A
A
e
o
o
2
T
e
1
2
ln
2
0
,
693
T
sehingga
t
t
A
A
N
N
1
1
T
dan
T
o
o
2
2
Penentuan Umur Radiometrik
Dengan  menggunakan  metode  peluruhan  radioaktif  memungkinkan  penentuan  umur  batuan  dan
benda yang mempunyai asal biologis. Karena peluruhan  radioaktif  berlangsung dengan laju tetap dan
tak  bergantung kondisi  luar maka  rasio antara  jumlah  nuklide  dan  nuklide  anak  stabil  dalam  benda
yang diselidiki akan menunjukkan umurnya.
Sinar  kosmik  merupakan  inti  atomik  berenergi  tinggi    terutama  terdiri  dari  proton  yang  bergerak
menembus  galaksi  kita  kira  –   kira  10
diantaranya  sampai  ke  bumi  tiap  detik.  Ketika  memasuki
18
atmosfer  bumi  menumbuk  inti  atom  sehingga  menimbulkan  hujan  partikel  sekunder.  Diantaranya
neutron  yang  dapat  bereaksi  terhadap  inti  hidrogen  dalam  atmosfer  dan  membentuk  radiokarbon
dengan pemancaran proton.
14
1
14
1
N
n
C
H
+
+
7
0
6
1
14
C
Sesaat setelah dihasilkan atom
menempel pada molekul oksigen  dan membentuk  CO
radioaktif.
2
6
Tanaman  hijau  mengambil  CO
supaya  tetap  hidup  sehingga  setiap  tanaman  mengandung  karbon
2
radioaktif.  Binatang makan  tanaman  sehingga  binatangpun menjadi  radioaktif.  Setelah mati  binatang
tidak menyerap radiokarbon dan radiokarbon yang dikandungnya terus meluruh menjadi
N.  Setelah
14
5600  tahun benda ini memiliki setengah jumlah radiokarbon asal. Dengan mengetahui radiokarbonnya
umur suatu benda dapat ditentukan.
Kebanyakan  batuan  purba  umurnya  ditentukan  dari  yang  didapatkan  pada  tanaman  hijau  dan
dipercaya berumur 3,8 bilyun tahun yang lalu.
Deret Radioaktif
Kebanyakan  unsur radioaktif  yang  ada di alam  adalah anggota  dari  empat deret radioaktif. Penyebab
terdapat empat deret adalah peluruhan alfa mereduksi nomor massa sebuah inti dengan 4.



A = 4n
A = 4n +  1
1.
Deret Thorium
2.          Deret Neptunium
N
N
Np
237
148
148
Th
Pa
232
233
144
144
U
233
Ra
228
140
140
Ac
228
Th
229
138
138
Th
228
Ra
225
Ra
224
Ac
136
225
136
Ra
Fr
220
221
134
134
At
Po
217
216
132
132
Bi
Pb
213
212
130
130
Bi
212
Po
Tl
213
209
Po
212
128
128
Tl
208
Pb
209
126
126
Pb
Bi
208
209
124
124
122
Z
122
Z
80  82  84  86  88  90  92
80  82  84  86  88  90  92
A = 4n + 2      4
A = 4n + 3
3.   Deret Uranium
.          Deret Actinium
N
N
148
U
148
238
Th
234
144
144
U
235
Pa
234
140
140
U
Tl
234
231
Th
Pa
230
231
138
138
Ac
227
Ra
226
136
136
Th
227
Fr
Rn
223
222
134
134
Ra
Po
223
218
132
132
Rn
219
Pb
214
130
130
Bi
Po
214
215
128
128
Po
214
Tl
210
Pb
211
Bi
211
126
126
Pb
210
Po
211
Tl
207
124
Bi
124
210
Pb
207
Pb
206
122
122
Z
Z
80  82  84  86  88  90  92
80  82  84  86  88  90  92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar