IBNU AL-HAITAM
965-1039 M
I. SEJARAH HIDUP
Nama lengkap Abu Ali al-Hasan bin al-Hasan bin al-Haytam al-basri al-Misri. Juga dikenal dengan nama Latin, Al- Hazen, Avennathan atau al Hazen. Merupakan fisikawan terbaik yang paling disegani sejak abad ke-11 M. dimasa hidupnya Al-Haitam juga tercatat sebagai ahli fisika pertama dari kalangan Islam.
Al-Haytam lahir di Basra Irak sekitar tahun 354 H/965 M, di masa pemerintahan al-Hakim bin Amirilah (386-441 H/996-1021 M) dari Bani Fathimiyah. Al-Haitam diundang ke Mesir. Di sana Al-Haytam bekerja sebagai pegawai pada pemerintahan Khalifah al-Hakim, yang kemudian mendapat tugas membuat sebuah mesin untuk mengatur aliran sungai Nil yang kerap kali banjir dan menggenangi lahan pertanian rakyat. Tapi kemudian Al-Haitam meninggalkan pekerjaan itu, konon, sengaja berpura-pura sakit, sebab Al-Haitam menyadari bahwa pekerjaan itu sulit dilaksanakan dan merupakan hal yang sia-sia. Al-Haitam pergi karena khawatir akan mendapat marah dari Khalifah.
Pada masa mudanya, dia telah menguasai seluruh karangan ilmuwan Yunani dan ilmuwan Arab dalam bidang ilmu pasti dan ilmu alam. Dia selangkah lebih maju ketika berhasil memecahkan berbagai permasalahan yang dilakukan oleh mereka. Hal ini terlihat dari lebih dari lima puluh buku,tulisan,dan risalah-risalahnya; yang paling terkenal adalah buku al-Manzhir dalam bidang optic. Buku ini telah diterjemahkan oleh Frederick Reysner ke dalam bahasa Latin, dan diterbitkan di Kota Pazel di Swiss pada tahun 1527 dalam judul Opticae Thesaurus.
Ibnu Haytam pun telah melakukan percobaan berkali-kali. Dia menyibukan diri dengan cermin cembung dan datar. Dengan cermin itu, dia dapat memilah cahaya ketika cahaya itu sampai pada benda pipih untuk memperkirakan ketinggian benda itu dari tanah. Bahkan dia hampir dapat menyingkap prinsip mikroskop. Dia telah mempelajari berbagai kelebihan kaca pembesar yang ditemukan oleh ilmuwan Yunani dan Romawi, yang memiliki kekuatan yang mengangumkan untuk membesarkan gambar. Akan tetapi, pengkajiannya sempat terhenti dan tidak dapat menemukan kekuatan cermin pembesar yang dapat memberikan pembesaran terhadap mata.
Pada tahun-tahun berikutnya, Al-Haitam kembali ke Kairo dan bekerja sebagai seorang ahli matematika. Ibnu al-Haytam meninggal dunia di Kairo pada tahun 430 H/1039 M. hasil karyanya yang terdiri dari lebih 100 judul disusun dengan cermat oleh Ibnu Abi Ushaybi’ah. Kebanyakan tulisan-tulisannya membahas masalah matematika dan fisika, disamping masalah filsafat media serta astronomi. Lewat karyanya itulah dapat diketahui betapa pengetahuannya tentang penulis-penulis Yunani amat dalam dan luas, khususnya tampak dalam bahasan dan kritiknya terhadap Ptolemaios.
Seperti halnya Ibnu Sina dan al-Biruni, Ibnu Haytam menegaskan bahwa sinar cahaya bergerak mulai dari obyek dan berjalan menuju mata. Artinya, benda akan terlihat karena Al-Haitam memantulkan cahaya. Ini kebalikan dari apa yang dijelaskan oleh teori Euclider, Petolemaios dan Al-Kindi bahwa benda akan terlihat karena mata memancarkan sinar kepada benda.
Sebagai seorang ilmuwan, diabadikan namanya oleh George Sarton dan Dr. Donald dengan menyebutkan sebagai “The Greatest Student of Optics of all Times” (Ilmuwan terbaik dibidang optik sepanjang zaman) karena telah banyak sekali melakukan riset dibidang fisiologi optik dan geometri. Juga berhasil membuat cermin-cermin parabola dan sferis (bulat), serta menemukan perbandingan antara sudut datang dan sudut pergi (bias), pada bidang-bidang datar (sehingga karya-karyanya merupakan hasil penelitian yang jauh mendahului karya-karya lain di Barat mengenai sifat-sifat lensa), Ibnu al-Haytam juga telah berusaha menerangkan secara jelas visibinocalar (pengamatan yang mengunakan teropong) serta mengunakan kamera obscura, yang secara eksperimental memperlihatkan bahwa sinar melintas lurus. Ini sebenarnya bermula dari eksperimennya yang dilakukan dengan melebur berbagai macam batuan yang ternyata kemudian menjadi kaca.
II. KONSEP YANG DITEMUKAN
Adapun konsep-konsep yang dikemukakan oleh Ibnu al-Haytam antara lain sebagai berikut:
1. Teori tentang cahaya dan sinar yang menyatakan bahwa cahaya itu berpindah dari benda terlihat kepada mata.
2. Teori yang orang Eropa dikenal sebagai “Al-Hazen’s Problem” menyatakan bahwa “sebuah kaca yang berbentuk sebuah silinder cekung bulat atau cekung bundar, dapat digunakan untuk mencari dimana letak sebuah benda. Dari kaca tersebut dapat diperoleh pantulan cahaya pada mata yang tertentu letaknya.
3. Membuat cermin parabola dan sferis (bulat), serta menemukan perbandingan antara sudut datang dan sudut pergi (bias), pada bidang-bidang datar.
4. Menemukan hukum yang menjadi dasar penemuan alat pemotret, yaitu bahwa jika kita tinggal ruang gelap yang berisi sedikit lubang maka cahaya akan masuk melalui celah tersebut dan sampe ke salah satu dinding atau lantainya, dan ruang yang terkena cahaya akan tetap gelap. Hal ini untuk menerapkan secara jelas tentang visibinoculer (pengamatan dengan mengunakan teropong) serta mengunakan kamera obsculer, yang secara eksperimental memperlihatkan bahwa sinar melintas lurus. Ini sebenarnya bermula dari eksperimennya yang dilakukan dengan melebur berbagai macam batuan yang ternyata kemudian menjadi kaca. Dari sinilah Al-Haitam mendapatkan kaca bumi.
5. Menemukan kaca fokus yang menghantar dunia masuk ke dalam dunia optik pengetahuan tentang daya cahaya, teori dioptik ditemukannya lewat serangkaian percobaan melebur berbagai macam logam dan Kristal.
6. Teori tentang refraksi atmosfir yang menyatakan bahwa pembiasan cahaya akan menyimpang sesuai dengan kerapatan (densitas) atmosfer, dan bahwa kerapatan atmosfir juga akan berubah sesuai dengan ketinggian, atau tinggi rendah permukaan air laut.
III. PERKEMBANGAN KONSEP SAMPAI SEKARANG
Dari karya-karyanya yang pernah ditulis, terutama buku “Opticks” ternyata telah banyak mendasari dan memperkuat perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan optik, seperti mempengaruhi karya-karya optik Roger Bacon serta penulis-penulis Barat lainnya, seperti Leonardo da Vinci dan John Keppler.
Studi dan eksperimennya di bidang optik dalam laboratorium optik yang dibangunnya sehingga berhasil menemukan rumus-rumus ilmu cahaya (optik) dan geometri, kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan-ilmuwan sesudahnya seperti Robert Grasseteste dan Roger Bacon pada abad ke-13 M. tak lama kemudian setelah mereka meninggal, sebuah eksperimen optik dilakukan yang pada akhirnya membuahkan penemuan berupa kaca pembesar yang dasarnya adalah pembesar sebuah obyek oleh lensa-lensa. Teori atau konsep yang dikemukakan oleh al-Haytam kemudian berhasil membawa dunia kepada pengetahuan tentang kaca lensa pembesar yang 600 tahun sesudah itu di coba oleh Snell dan Decrates tapi tidak berhasil.
Teori-teori optik al-Haytam merupakan sebuah teori yang mempengaruhi dan mengoncangkan sampai sekarang ini. Apabila dalam penemuannya, Al-Haitam berhasil mengawinkan cermin-cermin bulat dan parabola, secara fokus, karya-karyanya diterjemahkan dalam bahasi Italia dan Latin yang dijadikan sebagai pegangan dalam riset-riset. Sehingga selama abad ke-13 M. terjadi sesuatu ledakan eksperimentasi singkat di Eropa.
Perkembangan konsep dan teorinya tentang kaca fokus dan teorinya tentang sinar melintas lurus yang menghantar abad modern karena kamera obcular kamera buram yang digunakan dalam fotografi. Hingga sekarang kamera sebagai salah satu produk teknologi terus berkembang hingga muncul untuk akhir-akhir ini kamera digital, yang semuanya merupakan pengembangan dari konsep Al-Haytam. Dari penemuan tentang kaca kemudian sekarang berkembang menjadi penemuan beragam alat optik seperti kacamata, kaca mikroskop, dan kaca teleskop yang kita kenal hingga sekarang.
IV. APLIKASI KONSEP
Konsep-konsep Al-Haytam banyak diaplikasikan ke dalam alat optik diantaranya:
1. Pada kacamata, kaca mikroskop, dan kaca teleskop yang merupakan aplikasi dari penemuannya tentang kaca bumi dan percobaan tentang kaca pembesar serta ini merupakan bagian dari aplikasi Alhazen problem’s.
2. Pada kamera, yang merupakan aplikasi dari konsep tentang sinar melintas lurus dan hukum yang menyatakan bahwa jika kita tinggal dalam ruangan gelap yang diberi sedikit lubang, maka cahaya akan masuk melalui celah tersebut dan sampai ke salah satu bidang atau lantainya, dan ruangan yang terkena cahaya akan tetap gelap.
V. PENGEMBANGAN KONSEP KE DEPAN
Konsep dan penemuan Al-Hazen ke depan dapat dikembangkan dengan merancang kacamata yang memiliki lensa dengan pembesaran tertentu atau lup pembesar yang dapat digunakan di dunia kedokteran untuk melihat organ dalam tubuh tanpa di bedah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar