Pengertian Belajar-Mengajar
Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima (Depdikbud, 1997: 3). Bulton dalam Aunurrahman (2009: 35) mengemukakan belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Witherington (Setiawati, 1993: 5) belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.
Belajar menurut Suliana pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Kusumah, 2010:211). Sedangkan pengertian belajar menurut Slameto (1987: 2) diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar berarti usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan sikap dan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari proses mengasimilasi dan menghubungkan sesuatu yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya tersebut dikembangkan
Aunurrahman (2009: 34) mengatakan bahwa mengajar adalah suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja, akan tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. Dengan demikian, mengajar adalah upaya yang dilakukan dalam bentuk memberikan bimbingan dan pengarahan termasuk mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa sehingga memungkinkan tumbuhnya dorongan bagi siswa untuk melakukan proses belajar.
a. Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar
Rusyan (1989: 90) mengemukakan prinsip-prinsip belajar-mengajar yang mendapat dukungan psikologi modern, yaitu: 1) belajar selalu dimulai dengan suatu masalah dan berlangsung sebagai usaha memecahkan masalah itu; 2) proses belajar selalu merupakan usaha untuk memecahkan atau memahami hubungan antara bagian-bagian masalah itu; dan 3) belajar itu berhasil bila disadari telah ditemukan hubungan antara unsur-unsur dalam masalah itu sehingga diperoleh insting atau wawasan. Insting dapat timbul tiba-tiba atau dengan susah payah.
Agar memperoleh hasil yang baik maka dalam melakukan proses belajar-mengajar guru perlu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip mengajar yang harus dilakukan dan direalisasikan dalam pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut menurut Rusyan (1989: 91) adalah sebagai berikut:
1) Apersepsi
Apersepsi bertitik tolak dari mental states atau kesan-kesan atau sensasi-sensasi. Pengalaman-pengalaman merupakan integrasi dari unsur-unsur: 1) Kesan-kesan terdahulu; 2) bayangan atau tanggapan terdahulu yang telah terasosiasi; dan 3) senang atau tidak senang.
2) Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Dalam proses belajar-mengajar, aspek motivasi ini sangat penting karena: 1) motivasi memberi semangat terhadap seorang peserta didik delam kegiatan belajarnya; 2) motivasi-motivasi penguatan merupakan pemilih dari kegiatan di mana seseorang berkeinginan melakukannya; 3) motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku; dan 4) aktivitas. Dalam proses belajar-mengajar keaktifan peserta didik merupkan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal.
b. Komponen yang Berpengaruh dalam Proses Belajar-Mengajar
Proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses belajar-mengajar saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Depdikbud (1997: 4) mengemukakan komponen-komponen yang berpengaruh dalam proses belajar belajar-mengajar adalah: 1) siswa; 2) kurikulum; 3) guru; 4) metode; 5) sarana dan prasaran; dan 6) lingkungan.
Kurikulum, guru, metode, sarana dan prasarana merupakan ”masukan instrumental” yang berpengaruh dalam proses belajar-mengajar. Dari seluruh komponen-komponen yang berpengaruh tersebut, komponen guru yang lebih menentukan, karena ia akan mengelola komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar-mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar