Kamis, 19 Mei 2011

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, PETA KONSEP DAN PEMAHAMAN KONSEP


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, PETA KONSEP DAN PEMAHAMAN KONSEP

A.      Pembelajaran Berbasis Masalah
1.        Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model adalah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum  begitu berkembang (Marx dalam Dahar, 1996). Pembelajaran adalah suatu upaya yang sistematis dan disengaja dengan memposisikan siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas penuh, bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran sedangkan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dalam me-manage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari oleh siswa (Sanjaya, 2006: 101)
Menurut Ibrahim dan Nur (2000) PBM memiliki beberapa karakteristik yakni: (1) pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah), (2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (3) penyelidikan autentik, (4) menghasilkan produk atau karya kemudian memamerkannya, dan (5) kerja sama. Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 212)  ada tiga ciri utama PBM yakni : (1) PBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran atau masalah merupakan kata kunci dari proses pembelajaran, (3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah yang dilakukan secara sistmatis (tahapan-tahapan) dan empiris (berdasarkan data dan fakta yang jelas).

Menurut Sanjaya (2006) ada perbedaan yang mendasar antara PBM dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI), meskipun keduanya mengacu pada permasalahan yang ada. Perbedaan itu terletak pada jenis masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam SPI bersifat tertutup, artinya jawaban dari masalah itu sudah pasti yakni guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun guru tidak langsung menyampaikannya kepada siswa dan tugas guru pada dasarnya menggiring siswa melalui proses tanya jawab menuju pada jawaban yang sudah pasti. Tujuan SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah. Sedangkan masalah dalam PBM adalah masalah yang bersifat terbuka, artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban.

2.         Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Langkah-langkah model PBM tersebut dapat diuraikan dari fase, indikator dan aktivitas guru selama proses pembelajaran seperti Tabel  1.1 berikut:
Tabel  1.1  Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah  
Fase
Indikator
Tingkah Laku Guru
1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3
Membimbing penyelidikan
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses mana yang mereka gunakan

B.       Peta Konsep
1.        Pengertian Peta Konsep
Menurut Novak & Gowin (Hudoyo, 2002: 2) peta konsep merupakan skema yang menggambarkan suatu himpunan konsep-konsep (termasuk teorema, prinsip, sifat, dll) dengan maksud mengaitkan/menanamkan dalam suatu kerangka kerja yang menggunakan proposisi-proposisi (kata penghubung) agar menjadi jelas baik bagi siswa maupun bagi guru untuk memahami ide-ide kunci yang harus terfokus kepada tugas belajar (learning task) yang khusus. Ini berarti bahwa peta konsep merupakan jaringan konsep, di mana antara konsep-konsep itu dihubungkan oleh proposisi-proposisi sebagai simbol keterkaitan antara konsep-konsep dalam jaringan tersebut yang dapat berupa: diartikan, dilakukan dalam, dinyatakan dengan, didefinisikan, menghasilkan, menghitung, menentukan, menjelaskan, membangun, dan lain-lain.

2.        Manfaat Peta Konsep Dalam Pembelajaran
Menurut Muslich (2007: 70) bahwa peta konsep sebagai salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran KTSP, yang dapat dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-siswa mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antar kata-kata atau konsep-konsep tersebut. Kegunaan peta konsep bagi guru adalah:
1)      Mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa –siswa tentang suatu topik sebelum KBM dimulai supaya dapat merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya
2)      Dapat menyediakan titik tolak untuk diskusi antar siswa guna memperjelas pengertian mereka
3)      Dapat memberika umpan balik tentang seberapa jauh siswa-siswa memahami suatu topik.
4)      Dapat mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam satu kegiatan dengan apa yang siswa pelajari dalam kegiatan lain.
   
Menurut Martin (1994: 12) dalam Ramdani (2004) mengungkapkan peta konsep merupakan petunjuk bagi guru untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran yang bertujuan: (1) untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, (2) sebagai perencanaan pembelajaran, (3) memperjelas gagasan pokok materi yang diajarkan, (4) sebagai model revisi, (5) mengurangi kemungkinan menghilangkan materi pokok yang perlu, (6) untuk mengetahui pemahaman murid.
Sementara itu bagi  siswa peta konsep berguna: (1) untuk menyatakanhubungan antar konsep-konsep dalam bentuk proposisi, (2) membuat jelas gagasan pokok pada materi yang dipelajari, (3) sebagai ringkasan skematik materi pelajaran, (4) untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi, dan (5) mengingatkan kapasitas untuk memberi kebermaknaan melalui integrasi konsep.

C.        Pemahaman Konsep
1.        Pengertian Pemahaman Konsep
Menurut Rosser (1984) dalam Dahar (1996: 80) menjelaskan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut yang sama. Secara singkat bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus.
Menurut Dahar (1996), ciri-ciri konsep Ilmu Pengetahuan Alam adalah: (1) Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki oleh seseorang dan dapat merupakan simbol, (2) Konsep diambil dari hasil pengalaman manusia terhadap benda, peristiwa, dan fakta, (3) Konsep adalah hasil pikiran abstraksi manusia yang dirangkum darti berbagai pengalaman, (4) Konsep merupakan kaitan fakta-fakta atau pola dari fakta-fakta, (5) Konsep dapat mengalami perubahan, jika ditemukan fakta-fakta baru yang menyimpang dari fakta-fakta sebelumnya
2.    Aspek-aspek Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan salah satu aspek Taksonomi Bloom pada ranah kognitif. Bloom dalam Ruseffendi (1991) membagi pemahaman menjadi tiga  macam yaitu: (1) pengubahan (translation), misalnya seseorang mampu mengubah soal dalam bentuk kata-kata kedalam simbol dan sebaliknya, (2) pemberian arti  (interpretation), misalnya mengartikan suatu kesamaan/rumus, (3) pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation), misalnya mampu memperkirakan suatu kecenderungan dalam diagram.
Dalam memahami konsep, setiap siswa memiliki waktu yang berbeda-beda, sehingga pencapaian pemahaman terhadap suatu konsep juga berbeda-beda. Klausmeier dalam Dahar (1996) membagi tingkat pemahaman konsep menjadi empat macam yakni: (1) tingkat kongkrit, siswa mampu memperhatikan, mendiskriminasi dan mengingat, (2) tingkat identitas, siswa mampu menggeneralisasi, (3)  tingkat klasifikatori, siswa mampu mengklasifikasikan sesuatu, dan (4) tingkat formal, siswa mampu menyimpulkan.











BAB  II
METODE PENELITIAN

A.      Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitiannya menggunakan The Randomize Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel, 1993). Bentuk desain penelitian ditunjukkan  pada Gambar 2.1 berikut:
Kelompok
Random
Pretes
Perlakuan
Postes
Eksperimen
R
O
X1
O
Kontrol
R
O
X2
O

Gambar 2.1. Desain penelitian The Randomize Pretest-Posttest Control Group Design


Keterangan:
R         :  Pemilihan kelas secara acak
O         :  Pretes sama dengan Postes
X1          : Pembelajaran PBM menggunakan Concept Maps pada kelas eksperimen
X      : Pembelajaran model konvensional pada kelas kontrol

B.       Analisis Instrumen dan Pengolahan Data
1.    Analisis Instrumen Pilihan Ganda
Analisis instrumen meliputi tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, dan daya pembeda. Secara lengkap dijabarkan sebagai berikut:
a.    Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah persentase jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar. Besarnya indeks dapat dihitung dengan rumus:
                  (Arikunto, 2001)
Keterangan:
TK= Tingkat kesukaran soal
JS = Banyaknya responden yang mengikuti tes
Kriteria:
Tabel 10.1. Kriteria tingkat kesukaran soal
TK
Kriteria
TK< 27 %
Mudah
27 % < TK < 72 %
Sedang
72 % < TK
Sukar



b.   Daya Pembeda
Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus berikut:
                                        (Arikunto, 2001)         
Keterangan :
J         =  jumlah peserta tes
JA         =  banyaknya peserta kelompok atas
JB       =  banyaknya peserta kelompok bawah
BA      =  banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB    =   banyaknya peserta kelompok bawah  menjawab soal itu   benar  
PA      =  proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar          
PB     =    proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria daya pembeda adalah:
                0,00 <  D  £  0,20      :     Tidak baik
                0,20 <  D  £ 0,40       :     cukup
              0,40 <  D  £ 0,70       :     baik
              0,70 <  D  £ 1,00       :     baik sekali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar